“Just
because she/he likes the same bizzaro crap you do, doesn’t mean she’s/he’s your
soulmate.”
-
(500) Days of Summer –
Beberapa orang mungkin sudah tidak asing
lagi dengan film di atas apalagi untuk mereka yang gemar menonton film bergenre
drama romansa. Film tersebut menceritakan seorang pria bernama Tom Hansen yang
percaya hidupnya tidak akan bahagia sampai dia bertemu dengan ‘yang
satu-satunya dan terakhir’. Sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Summer
Finn, seorang gadis yang tidak percaya akan adanya cinta semenjak kedua orang
tuanya bercerai. Tom jatuh hati pada Summer dan meyakini bahwa Summer adalah
orang yang tepat untuk dia milikki. Pertemuan mereka yang berawal indah pada
akhirnya harus berakhir menyedihkan untuk seorang Tom.
Tom yang menaruh harapan begitu besar dan sikap Summer yang selama ini dianggap membalas harapannya ternyata dianggap biasa oleh Summer. Summer nyaman dengan Tom, dia ingin selalu dekat dengan Tom tetapi dia tidak ingin memilikki hubungan dengan Tom. Mereka sudah selayaknya seperti dua orang yang tengah menjalin hubungan tetapi nyatanya tidak. Summer yang tidak percaya cinta hanya menyukai Tom dan tidak mau menjalin hubungan yang serius dengannya. Pada akhirnya, seorang Tom yang sudah berharap begitu besar harus merasakan kegalauan yang hebat yang sempat merusak karir dan menganggu kehidupan normalnya.
Tom yang menaruh harapan begitu besar dan sikap Summer yang selama ini dianggap membalas harapannya ternyata dianggap biasa oleh Summer. Summer nyaman dengan Tom, dia ingin selalu dekat dengan Tom tetapi dia tidak ingin memilikki hubungan dengan Tom. Mereka sudah selayaknya seperti dua orang yang tengah menjalin hubungan tetapi nyatanya tidak. Summer yang tidak percaya cinta hanya menyukai Tom dan tidak mau menjalin hubungan yang serius dengannya. Pada akhirnya, seorang Tom yang sudah berharap begitu besar harus merasakan kegalauan yang hebat yang sempat merusak karir dan menganggu kehidupan normalnya.
Jatuh cinta merupakan hal yang lumrah
bagi setiap orang. Cinta dan kasih sayang merupakan sebuah anugrah yang
diberikan kepada manusia oleh Tuhan YME. Setiap orang wajar pernah atau sedang
mengalami perasaan jatuh cinta kepada lawan jenisnya. Untuk mereka yang sedah
jatuh cinta, menaruh sebuah harapan lebih
mungkin menjadi sebuah harga mati. Terkadang, harapan mereka justru tak
sesuai dengan apa yang diharapkan dan membuat mereka terpuruk dalam kesedihan.
Terlalu yakinnya akan sebuah harap yang terbalas justru membuat mereka yang
jatuh cinta semakin terlena dan terbawa arus perasaan. Dari sedikit ulasan film
pada paragraf di atas kita dapat mengetahui bahwa harapan yang berlebih
ternyata bisa berakhir dengan menyakitkan.
Perlukah kita berharap lebih jika kita
mencintai seseorang?
Terdapat sebuah kasus dimana seorang
wanita jatuh cinta kepada seorang pria. Mereka akhirnya menjalin sebuah kedekatan
yang cukup lama. Sang wanita sangat berharap kedekatan mereka selama ini akan
dibalas oleh sang pria dan pada akhirnya mereka membentuk sebuah hubungan yang
serius. Sang wanita yang awalnya menganggap biasa sang pria, lama kelamaan
terjatuh oleh perhatian-perhatian yang diberikan sang pria kepadanya. Sang
wanita ini terbawa oleh perasaan yang lebih, pengharapan pun timbul dengan
sendirinya. Sang pria yang hanya menganggap biasa sang wanita selama ini tetapi
sang wanita merasakan yang sebaliknya. Hingga pada akhirnya sang pria tersebut
menghilang, tak memberi kabar sama sekali kepada sang wanita. Sang wanita
tersebut merasa kehilangan. Dia menganggap bahwa selama ini sang pria hanya
memberikan harapan-harapan palsu kepadanya. Sang wanita juga menganggap bahwa
sang pria selama ini tidak memilikki kepekaan terhadap harapan besar yang
disimpannya. Kerap kali tetes air mata terjatuh demi menangisi sang pria yang
begitu diharapkannya. Hingga pada akhirnya sang pria tersebut muncul kembali,
lalu menghilang, muncul lagi, kemudian menghilang dan begitu seterusnya. Sang
wanita ini hanya mampu diam, tak berani mengungkapkan perasaannya dan menunggu
sang pria-lah yang mengungkapkan terlebih dahulu. Ketika perasaan rindu
menyerang, sang wanita tak bisa berbuat apa-apa, hanyalah sebuah tangis yang
mampu dikeluarkan untuk mengubur dalam-dalam semua rasa rindunya.
Begitukah cinta?
Wajar jika seseorang mempunyai
ketertarikan kepada lawan jenisnya, tetapi apabila seperti kasus di atas,
apakah masih bisa dikatakan wajar?. Menyukai seseorang tentu memiliki
batas-batas tertentu. Ada sebuah quotes
yang mengatakan, “dont expect too much
because it will gonna be hurt” dan memang benar seperti itu adanya. Ketika
kita mencintai seseorang, janganlah berharap terlalu banyak atau menaruh
harapan lebih. Ketika kita mulai berharap, kita cenderung sudah berekspektasi
begitu besar. Jika sudah begitu tentu kita akan menganggap lawan jenis tersebut
merupakan yang ditakdirkan bersama kita. Perhatian-perhatian dan candaan yang
diberikan seringkali disalah artikan oleh kita.
Bukan suatu hal yang mungkin jika ternyata orang tersebut memang ramah
ke semua orang yang dia kenal. Alih-alih perasaan kita dibalas dengan baik
sesuai harapan, ternyata harapan tersebut yang menjerumuskan kita ke dalam
lubang pesakitan. Pada akhirnya kita yang dibunuh oleh harapan dan ekspektasi
lebih kita sendiri.
Rasa sedih pasti akan selalu menyelimuti
diri sendiri jika sudah terjadi seperti itu. Galau dan gelisah dianggap sebagai
makanan sehari-hari yang bahkan lebih penting ketimbang makan nasi. Bahkan
terdapat beberapa korban kegalauan tersebut yang tidak memikirkan kesehatan
dirinya sendiri dan membiarkan kondisi tubuhnya semakin hari semakin lemah. Merasa
tersakiti oleh cinta dijadikan ajang untuk menyiksa diri sendiri, untuk apa?
Apakah orang yang kita harapkan tersebut akan berbalik dan mengasihani kita?
Tidak. Kita sendiri yang menjerumuskan diri karena terlalu banyak berharap dan
kita sendiri yang menyiksa diri, lucu bukan?. Hal tersebut tentunya akan sangat
menganggu aktivitas sehari-hari dan dalam kondisi tubuh yang lemah tersebut
akan rentan terserang sakit. Well, sadarkah bahwa yang kita lakukan tersebut
merupakan suatu kebodohan? Cinta tidak membutakan, cinta tanpa logikalah yang
membutakan dan berakhir menyakitkan.
Perasaan suka kepada lawan jenis
hendaknya dibatasi dan jangan terlalu berharap dulu. Jalani dulu saja masa-masa
pendekatan tanpa harus berekspektasi kalau kita harus ‘jadi’ dengan orang
tersebut. Buatlah nyaman terlebih dahulu suasananya dan jangan terlalu terbawa
oleh perasaan. Disini logika sangatlah penting agar kita dapat menjalani
semuanya tanpa ada beban yang mengganjal di hati. Berpikirlah bahwa jika kita
tidak ditakdirkan bersamanya, setidaknya kita sudah berusaha dan masih banyak
ikan di laut yang belum terjaring. Terkadang kita mencintai seseorang lebih
dari kita mencintai Tuhan sendiri. Segala cara dilakukan demi ‘si dia’ bahagia
dan sampai melewatkan waktu ibadah kita kepada Tuhan. Adakah yang seperti itu?
Tentu saja ada dan hendaknya jangan seperti itu. Cintailah seseorang tetapi
jangan mengalahkan cintamu kepada Tuhan YME. Mengapa? Sebab Tuhan-lah yang
memberikan karunia kasih sayang dan perasaan cinta yang sedang kita alami. Jika
kita saja tidak mau bersyukur akan karunia tersebut dan melupakan waktu
beribadah, apakah Tuhan akan mengabulkan permintaan kita? Kita semua pasti
sudah tahu akan jawabannya.
Perasaan galau ketika cinta bertepuk
sebelah tangan memang lumrah terjadi tetapi hal tersebut justru jangan dibuat
terlalu berlebihan. Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf di atas bahwa
galau dengan menyiksa diri dan melupakan diri sendiri adalah perbuatan paling
bodoh. Bolehkah kita galau? Boleh saja asal jangan terlalu lama. Jangan biarkan
kegalauan tersebut menganggu semua aktivitas kita. Hidup hanya sekali dan
jangan dihabiskan dengan galau berlebihan. Sayangilah hidup dan lakukan
introspeksi diri lalu kemudian tingkatkan kualitas diri dan hidup kita. Mencari
suasana baru juga terbukti ampuh dalam mengusir kegalauan seperti pergi bersama
teman-teman, berlibur, atau menghibur diri sendiri dengan cara membaca buku,
menonton film dll. Apakah ada obat paling mujarab untuk mengatasi kegalauan?
Ada, rajin beribadah dan berdoalah kepada Tuhan. Ketika kita selesai beribadah
dan berdoa, kita akan merasakan suasana hati kita jauh lebih baik, tenang, dan
jauh dari rasa gelisah. Yakinkan pada diri sendiri bahwa maut, rezeki, dan
jodoh sudah diatur oleh Tuhan YME dan kita sebagai umatnya hanya tinggal
berusaha, berdoa, bersabar serta selalu berikhtiar.
Cinta memang indah dan mencintai
seseorang dapat membuat hidup lebih berwarna. Semua tergantung dari kita
sendiri ingin memberi warna apa pada hidup kita. Tinggal kita sendiri yang
dituntut cermat dalam menentukan pilihan. Terkadang apa yang kita butuhkan
justru bukan yang kita inginkan dan begitu sebaliknya. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan diaplikasikan ke dalam hidup
sebagai pembelajaran.
“People
change, feelings change. It doesn’t mean that the love once shared wasn’t true
and real. It simply means that sometimes when people grow, they grow apart.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar