Selasa, 04 November 2014

Belajar Dari Sebuah Film




Source: google.com

Just because she/he likes the same bizzaro crap you do, doesn’t mean she’s/he’s your soulmate.

- (500) Days of Summer –



Beberapa orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan film di atas apalagi untuk mereka yang gemar menonton film bergenre drama romansa. Film tersebut menceritakan seorang pria bernama Tom Hansen yang percaya hidupnya tidak akan bahagia sampai dia bertemu dengan ‘yang satu-satunya dan terakhir’. Sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Summer Finn, seorang gadis yang tidak percaya akan adanya cinta semenjak kedua orang tuanya bercerai. Tom jatuh hati pada Summer dan meyakini bahwa Summer adalah orang yang tepat untuk dia milikki. Pertemuan mereka yang berawal indah pada akhirnya harus berakhir menyedihkan untuk seorang Tom.
Tom yang menaruh harapan begitu besar dan sikap Summer yang selama ini dianggap membalas harapannya ternyata dianggap biasa oleh Summer. Summer nyaman dengan Tom, dia ingin selalu dekat dengan Tom tetapi dia tidak ingin memilikki hubungan dengan Tom. Mereka sudah selayaknya seperti dua orang yang tengah menjalin hubungan tetapi nyatanya tidak. Summer yang tidak percaya cinta hanya menyukai Tom dan tidak mau menjalin hubungan yang serius dengannya. Pada akhirnya, seorang Tom yang sudah berharap begitu besar harus merasakan kegalauan yang hebat yang sempat merusak karir dan menganggu kehidupan normalnya.


Jatuh cinta merupakan hal yang lumrah bagi setiap orang. Cinta dan kasih sayang merupakan sebuah anugrah yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan YME. Setiap orang wajar pernah atau sedang mengalami perasaan jatuh cinta kepada lawan jenisnya. Untuk mereka yang sedah jatuh cinta, menaruh sebuah harapan lebih  mungkin menjadi sebuah harga mati. Terkadang, harapan mereka justru tak sesuai dengan apa yang diharapkan dan membuat mereka terpuruk dalam kesedihan. Terlalu yakinnya akan sebuah harap yang terbalas justru membuat mereka yang jatuh cinta semakin terlena dan terbawa arus perasaan. Dari sedikit ulasan film pada paragraf di atas kita dapat mengetahui bahwa harapan yang berlebih ternyata bisa berakhir dengan menyakitkan.

Perlukah kita berharap lebih jika kita mencintai seseorang?

Terdapat sebuah kasus dimana seorang wanita jatuh cinta kepada seorang pria. Mereka akhirnya menjalin sebuah kedekatan yang cukup lama. Sang wanita sangat berharap kedekatan mereka selama ini akan dibalas oleh sang pria dan pada akhirnya mereka membentuk sebuah hubungan yang serius. Sang wanita yang awalnya menganggap biasa sang pria, lama kelamaan terjatuh oleh perhatian-perhatian yang diberikan sang pria kepadanya. Sang wanita ini terbawa oleh perasaan yang lebih, pengharapan pun timbul dengan sendirinya. Sang pria yang hanya menganggap biasa sang wanita selama ini tetapi sang wanita merasakan yang sebaliknya. Hingga pada akhirnya sang pria tersebut menghilang, tak memberi kabar sama sekali kepada sang wanita. Sang wanita tersebut merasa kehilangan. Dia menganggap bahwa selama ini sang pria hanya memberikan harapan-harapan palsu kepadanya. Sang wanita juga menganggap bahwa sang pria selama ini tidak memilikki kepekaan terhadap harapan besar yang disimpannya. Kerap kali tetes air mata terjatuh demi menangisi sang pria yang begitu diharapkannya. Hingga pada akhirnya sang pria tersebut muncul kembali, lalu menghilang, muncul lagi, kemudian menghilang dan begitu seterusnya. Sang wanita ini hanya mampu diam, tak berani mengungkapkan perasaannya dan menunggu sang pria-lah yang mengungkapkan terlebih dahulu. Ketika perasaan rindu menyerang, sang wanita tak bisa berbuat apa-apa, hanyalah sebuah tangis yang mampu dikeluarkan untuk mengubur dalam-dalam semua rasa rindunya.

Begitukah cinta?

Wajar jika seseorang mempunyai ketertarikan kepada lawan jenisnya, tetapi apabila seperti kasus di atas, apakah masih bisa dikatakan wajar?. Menyukai seseorang tentu memiliki batas-batas tertentu. Ada sebuah quotes yang mengatakan, dont expect too much because it will gonna be hurt dan memang benar seperti itu adanya. Ketika kita mencintai seseorang, janganlah berharap terlalu banyak atau menaruh harapan lebih. Ketika kita mulai berharap, kita cenderung sudah berekspektasi begitu besar. Jika sudah begitu tentu kita akan menganggap lawan jenis tersebut merupakan yang ditakdirkan bersama kita. Perhatian-perhatian dan candaan yang diberikan seringkali disalah artikan oleh kita.  Bukan suatu hal yang mungkin jika ternyata orang tersebut memang ramah ke semua orang yang dia kenal. Alih-alih perasaan kita dibalas dengan baik sesuai harapan, ternyata harapan tersebut yang menjerumuskan kita ke dalam lubang pesakitan. Pada akhirnya kita yang dibunuh oleh harapan dan ekspektasi lebih kita sendiri.

Rasa sedih pasti akan selalu menyelimuti diri sendiri jika sudah terjadi seperti itu. Galau dan gelisah dianggap sebagai makanan sehari-hari yang bahkan lebih penting ketimbang makan nasi. Bahkan terdapat beberapa korban kegalauan tersebut yang tidak memikirkan kesehatan dirinya sendiri dan membiarkan kondisi tubuhnya semakin hari semakin lemah. Merasa tersakiti oleh cinta dijadikan ajang untuk menyiksa diri sendiri, untuk apa? Apakah orang yang kita harapkan tersebut akan berbalik dan mengasihani kita? Tidak. Kita sendiri yang menjerumuskan diri karena terlalu banyak berharap dan kita sendiri yang menyiksa diri, lucu bukan?. Hal tersebut tentunya akan sangat menganggu aktivitas sehari-hari dan dalam kondisi tubuh yang lemah tersebut akan rentan terserang sakit. Well, sadarkah bahwa yang kita lakukan tersebut merupakan suatu kebodohan? Cinta tidak membutakan, cinta tanpa logikalah yang membutakan dan berakhir menyakitkan.

Perasaan suka kepada lawan jenis hendaknya dibatasi dan jangan terlalu berharap dulu. Jalani dulu saja masa-masa pendekatan tanpa harus berekspektasi kalau kita harus ‘jadi’ dengan orang tersebut. Buatlah nyaman terlebih dahulu suasananya dan jangan terlalu terbawa oleh perasaan. Disini logika sangatlah penting agar kita dapat menjalani semuanya tanpa ada beban yang mengganjal di hati. Berpikirlah bahwa jika kita tidak ditakdirkan bersamanya, setidaknya kita sudah berusaha dan masih banyak ikan di laut yang belum terjaring. Terkadang kita mencintai seseorang lebih dari kita mencintai Tuhan sendiri. Segala cara dilakukan demi ‘si dia’ bahagia dan sampai melewatkan waktu ibadah kita kepada Tuhan. Adakah yang seperti itu? Tentu saja ada dan hendaknya jangan seperti itu. Cintailah seseorang tetapi jangan mengalahkan cintamu kepada Tuhan YME. Mengapa? Sebab Tuhan-lah yang memberikan karunia kasih sayang dan perasaan cinta yang sedang kita alami. Jika kita saja tidak mau bersyukur akan karunia tersebut dan melupakan waktu beribadah, apakah Tuhan akan mengabulkan permintaan kita? Kita semua pasti sudah tahu akan jawabannya.

Perasaan galau ketika cinta bertepuk sebelah tangan memang lumrah terjadi tetapi hal tersebut justru jangan dibuat terlalu berlebihan. Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf di atas bahwa galau dengan menyiksa diri dan melupakan diri sendiri adalah perbuatan paling bodoh. Bolehkah kita galau? Boleh saja asal jangan terlalu lama. Jangan biarkan kegalauan tersebut menganggu semua aktivitas kita. Hidup hanya sekali dan jangan dihabiskan dengan galau berlebihan. Sayangilah hidup dan lakukan introspeksi diri lalu kemudian tingkatkan kualitas diri dan hidup kita. Mencari suasana baru juga terbukti ampuh dalam mengusir kegalauan seperti pergi bersama teman-teman, berlibur, atau menghibur diri sendiri dengan cara membaca buku, menonton film dll. Apakah ada obat paling mujarab untuk mengatasi kegalauan? Ada, rajin beribadah dan berdoalah kepada Tuhan. Ketika kita selesai beribadah dan berdoa, kita akan merasakan suasana hati kita jauh lebih baik, tenang, dan jauh dari rasa gelisah. Yakinkan pada diri sendiri bahwa maut, rezeki, dan jodoh sudah diatur oleh Tuhan YME dan kita sebagai umatnya hanya tinggal berusaha, berdoa, bersabar serta selalu berikhtiar.

Cinta memang indah dan mencintai seseorang dapat membuat hidup lebih berwarna. Semua tergantung dari kita sendiri ingin memberi warna apa pada hidup kita. Tinggal kita sendiri yang dituntut cermat dalam menentukan pilihan. Terkadang apa yang kita butuhkan justru bukan yang kita inginkan dan begitu sebaliknya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan diaplikasikan ke dalam hidup sebagai pembelajaran.


People change, feelings change. It doesn’t mean that the love once shared wasn’t true and real. It simply means that sometimes when people grow, they grow apart.


- (500) Days of Summer -

Source: google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar